Dalam film dokumenter
berjudul Sex, Lies and Ciggarette,
Christof Putzel menyentak Indonesia. Dia begitu heran dengan kios rokok yang
jaraknya berdekatan dengan sekolah. Masyarakat dunia pun begitu heboh dengan
berita tentang bayi berumur dua tahun yang gemar merokok. Banyak talkshow yang
memperbincangkan bayi tersebut. Pemerintah pun malu dan mengirim bayi beserta
ibunya ke pusat rehabilitasi perokok. Saat ini ada sekitar 89 juta keluarga
perokok di Indonesia. Bisa dibayangkan berapa jumlah perokok pasif anak di
Indonesia.
Tanggal 31 Mei merupakan hari tanpa tembakau. Hari di mana seharusnya dunia bebas tanpa asap
tembakau. Benarkah kita mesti menyalahkan tembakau? Tembakau hanyalah sejenis
tanaman yang bisa hidup di mana saja di muka bumi. Manfaat tembakau pun ada
mulai dari penghasil protein anti kanker, obat diabetes, dan sebagai anti
radang. Jika dipergunakan dengan benar tembakau memiliki manfaat selain bahan
utama rokok. Allah, Sang Pencipta membuat tembakau bukan untuk dieskploitasi tanpa
aturan sesuai kehendak manusia. Aturan manusia inilah yang menyebabkan tembakau
menjadi disalahkan. Akibat kapitalisasi industri rokok, tembakau menjadi polemik.
Di satu sisi dibutuhkan sebagai mata pencaharian petani tembakau, di sisi lain
menjadi pengancam kesehatan nasional. Dengan jeli, Christof Putzel menyadarkan
sebagian orang yang tak tau bahaya sebenarnya adalah dari para kapitalis
perusahaan rokok. Iklan-iklan rokok dikemas dengan bungkusan yang kreatif. “Gue
aja adem, kenapa loe yang panas?”. Slogan-slogan seperti inilah yang hendak
dijadikan trend oleh perusahaan rokok. Indonesia sekarang adalah gambaran Amerika
tahun 60an . Di mana asap rokok bebas dinyalakan. Di mana para artis idola
dengan bangga memamerkan budaya gaul dan bebas merokok. Di mana sampai bayi
menjadi ikon baru dunia rokok. Bukan lagi koboi petualang.
Banyak
yang tak tau, manajer-manajer perusahan rokok tersebut malah sudah berhenti
merokok. Pemerintah Amerika sendiri dituntut oleh masyarakatnya untuk membuat
aturan yang ketat untuk peredaran rokok. Kemudian para kapitalis perusahaan
rokok tersebut berganti wilayah sasaran pasar. Ini karena bahaya rokok yang
begitu mengkhawatirkan. Amerika membuang kebiasaan buruk merokok dan Indonesia
lah sebagai tempat sampahnya. Sekarang generasi muda mulai dari balita pun
merokok. Apa jadinya jika generasi penerus bangsa sudah dicekoki kebiasaan
buruk? Dengan dalih untuk menyejahterakan petani tembakau, pemerintah seolah
lupa mengapa menteri kesehatan bisa terkena kanker paru-paru. Menghilangkan kebiasaan
merokok bisa dilakukan dengan pondasi aqidah individu. Seorang muslim tidak
akan menyia-nyiakan harta untuk mengkonsumsi sesuatu yang membawa mudharat. Namun
negara pun perlu ambil bagian dalam membuat regulasi tegas tentang penjualan
rokok. Bukan tembakau. Jadi bukan hari tanpa tembakau. Yang seharusnya adalah
hari tanpa rokok.
link di bawah adalah film dokumenter sex, lies and ciggarette
Tidak ada komentar:
Posting Komentar