Sabtu, 13 April 2013

Hujan Hujatan di Kontes Kemaksiatan


Bogor sedang menuai hujan. Bukan hujan air tapi hujan hujatan karena perhelatan puncak Miss World 2013.  Rencananya acara ini akan digelar di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor, Jabar pada 28 September 2013 mendatang. Pantia acara, RCTI dan perwakilan Miss Indonesia pada Kamis (4/4) lalu mendatangi Gubernur Jawa Barat untuk membahas acara tersebut. Kedatangan panitia acara adalah untuk meminta izin dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat tersebut. Dukungan dari Ahmad Heryawan untuk penyelenggaran Miss World diberikan karena ajang kontes wanita cantik sedunia ini berbeda dengan kontes kecantikan lainnya yang menampilkan sesi berpakaian menggunakan bikini oleh pesertanya (http://islampos.com/dukung-kontes-miss-world-ahmad-heryawan-dikecam-51727/).

Berkat dukungannya Gubernur yang baru terpilih ini dikecam oleh sejumlah pihak. Sejumlah kalangan yang menolak perhelatan ini terdiri dari ulama dan aktivis dakwah dari berbagai ormas dan lembaga Islam. Para pimpinan ormas Islam itu dalam pernyataan sikapnya meminta pemerintah agar tidak mengeluarkan izin untuk acara Miss World tersebut. Secara budaya, event tersebut tidak sesuai dan menampilkan budaya matrealisme dan hedonisme.

Walaupun pada acara puncak Miss World akan berbusana yang sopan, sejatinya permasalahan bukan pada kesopanan berpakaian. Lebih dari itu, dasar dari penyelenggaraan kontes-kontes kecantikan itu sudah bertentangan dengan syariat Islam. Jika izin penyelenggaraan ini diberikan oleh Gubernur, membuktikan bahwa demokrasi hanya memenangkan kepentingan bisnis. Hal ini sampai menyeret pemimpin melupakan pedoman agamanya dan memisahkan perkara aqidah dan syariat atau menjadikannya sekular. Tidak adanya bikini bukanlah tidak ada kepornoan. Para peserta tampil berlenggak-lenggok di hadapan laki-laki asing dan juga di hadapan kamera yang akan menjual gambarnya sebagai produk pornografi. Padahal Islam telah jelas memuliakan posisi perempuan.  Tidak ada tempat bagi mereka yang ingin menempatkan perempuan sebagai daya tarik sebuah produk, atau memuaskan nafsunya dengan menonton perempuan berlenggak lenggok memamerkan auratnya dan tidak akan dibiarkan bila ada perempuan yang ingin mempertontonkan auratnya.