Kalau bertemu dengan seorang “guru” maka segala sesuatu yang
diucapkannya pasti memiliki pengaruh positif ke dalam diri kita. Beberapa waktu
yang lalu saya bertemu dengan “guru” tersebut. Ada beberapa nasihat beliau yang
sangat bagus. Nasihat beliau selalu saja membuat saya terkesan. Walaupun
penampilannya biasa saja. Namun ketika beliau berbicara maka aura positif akan
nampak. Dulu sebelum melihat beliau berbicara di depan forum, kesan pertama
saya terhadap “guru” tersebut adalah beliau begitu kerepotan mengurus kelima
anaknya. Terakhir kemarin bertemu ternyata anaknya sudah tujuh. Subhanallah!
Yah perempuan mana sih yang bisa mengurus anak tujuh tanpa pembantu dan tidak
kerepotan? Hari gini.... Masha Allah. Sungguh beliau adalah seorang teladan.
Beberapa dari nasihat beliau yang begitu membekas adalah
tentang meng up grade diri. Sebagai pengemban dakwah tentu tugas tersebut
sangat mulia. Tapi berapa banyak yang kemudian benar-benar meningkatkan
kualitas dirinya? Meningkatkan tsaqofahnya dalam kajian-kajian halqohnya.
Benar-benar mutholaah sebelum kajian rutin dilakukan? Kadang malu diri ini
karena belum maksimal dalam halaqoh. Berdakwah masih malas-malasan. Masih malas
untuk menulis beropini. Asyik dengan kesibukan sendiri yang terkategori mubah. Belum
100 persen mengeluarkan kemampuan terbaik. Belum mastato’tum. Bagaimana mungkin
pekerjaan yang mulia namun tidak dikerjakan secara sungguh-sungguh?
Masih terngiang-ngiang kalimat mengup grade diri. Atau kita
sebut saja meningkatkan kualitas diri. Sebuah aktivitas di mana kita harus
melakukan peningkatan, penambahan kemampuan kerja atau kapasitas dari tingkat
yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Ketika saya gogle frasa “ug grade”
pada laptop hitam saya. Sebuah frasa dalam bahasa asing. Ternyata tidaklah
asing di laman-laman berbahasa Indonesia. Banyak sekali tulisan tentang
mengupgrade diri. Tulisan tersebut bukanlah tulisan tentang pengemban dakwah,
tulisan masyarakat biasa. Yah di zaman kompetisi ini, masyakarat kapitalistik
terbiasa dengan persaingan. Selalu ingin meningkatkan diri demi penghasilan
yang lebih. Namun tujuan seorang pengemban dakwah bukanlah lagi dunia. Tujuan
pengemban dakwah adalah negeri akhirat. Bukankah itu sudah termasuk suatu
tujuan yang harus dikejar dengan segala daya upaya?
Seharusnya kita malu, wahai diri yang masih bermalas-malasan
menyambut kemenangan. Seharusnya kita segera bergerak meningkatkan kualitas dan
kapasitas kita!
14 oktober 2015. Pengingat untuk diri yang masih malas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar