Jumat, 11 Agustus 2017

Tips toilet training

Tips sukses toilet training

Toilet training mungkin adalah fase pembelajaran kepada anak yang membuat saya lumayan stress.  Soalnya liat orang kayaknya gampang banget mengajarkan toilet training.  Dua anak saya agak lama sekitar usia 3 tahun lebih baru bisa lepas pospak.

Yang lebih nyebelin lagi adalah ibu-ibu nyinyir lainnya yang sangat kepedean dengan komentar,  "duh umur segitu kok belum bisa pipis sendiri.  Diajarin dong.  Kayak anak saya setahun udah bisa lepas pokok. Duitnya sayang buat beli pokok."  Yaaa menghadap orang macam gini mah hadapi saja dengan senyuman.  Mungkin hidupnya susah sekali.  Susah menghadapi perbedaan.  ðŸ˜‚

Lalu bagaimana mengajarkan toilet training pada anak. Berikut Tips yang saya dapat dari buku Parent's Guide : Growing Up usia 3-4 tahun.

1. Orangtua harus mengubah mindsetnya dulu. Usia bukanlah patokan anak di toilet training.  Jadi jika anak lain sudah bisa lepas popok usia setahun belum tentu yang lain juga bisa. Tunggulah waktu yang tepat. Dan kesiapan anak dalam belajar toilet training ini berbeda.  Saat anak pertama saya,  Sofi diajarkan toilet training,  usianya baru enam bulan. Alhasil anaknya trauma.  Jadi toilet trainingnya gagal.  Akhirnya usia 3 tahun dia baru siap.  Ya sudah lah.. Emang ga bisa maksa kan.. Begitu juga dengan anak kedua. Sampai umurnya empat tahun lebih, masih suka ngompol dan nahan2 pipis.

2. Kesiapan fisik dalam toilet training yaitu mencakup,  anak sanggup menahan air seni dan tetap kering selama 3 jam atau lebih.  Kemampuan ini menunjukkan otot saluran kemih anak sudah cukup berkembang  menyimpan air seni lebih banyak.

3. Kesiapan kognitif yaitu anak dapat mengenali kapan ingin buang air kecil atau buang air besar.

4. Kesiapan emosional yaitu sudah bisa menahan sejenak  agar hajat tidak keluar di sembarangan tempat.

5. Anak sudah bisa berjalan dengan baik, sudah bisa melepas celana sendiri.

6. Jika anak sudah mandiri dan meniru kebiasaan orang di kamar mandi,  Anda sudah bisa mulai latihan.

7. Hindari  pemaksaan. Anak akan trauma karna obsesi ibunya yang ingin cepat2 bisa. Anak bisa saja menahan keinginan dan malah menimbulkan masalah lain,  sembelit.  Bulatkan tekad untuk tidak memaksa si kecil untuk lulus lebih cepat karna justru akan menambah kegugupan anak.  Better late than never.

8. Tunda keinginan jika ada perubahan dalam keluarga,  misalnya pindah rumah,  baru sekolah,  atau kelahiran adik bayi.

9. Membuat jadwal atau kebiasaan kapan harus pipis juga bisa dilakukan.  Misalnya setiap mau tidur dibuat rutinitas,  pipis,  gosok gigi dll.  Lakukan dengan cara menyenangkan bukan dipaksa.

Demikian tips sukses toilet training.  Semoga sukses ya Mak!

Tips mengajarkan anak tanggung jawab

Tips mengajarkan anak tanggung jawab.

Hal yang cukup memusingkan bagi ibu  adalah ketika anaknya sering menumpahkan air atau makanan ke lantai.  Padahal lantai baru saja di sapu dan di pel.  Cukup membuat emosi ibu menjadi labil. Reaksi terparah ketika keletihan sudah memuncak adalah berteriak emosi karna karya usahanya membuat rumah menjadi apik menjadi berantakan. Well Ibu-ibu siapa yang sering mengalami hal seperti  ini?

Dengan berteriak,  memang emosi ibu agak menjadi reda sedikit.  Namun ini tidaklah menyelesaikan masalah.  Anak justru akan mencontoh hal yang salah.  Anak akan senang karna ibunya bereaksi.  Yang ia kira itu adalah reaksi yang positif.  Karna anak belum bisa membedakan reaksi positif atau negatif.  Yang ada di benak anak (apalagi usia 2-3 tahun) adalah ibunya bereaksi.  Ini akan memicu anak untuk lebih sering melakukan eksperimen agar ibunya bereaksi.  Entah itu marah,  cerewet,  berteriak. Anak justru senang jika ibunya merespon tindakannya.  Yang justru dari sisi ibu, anak bertingkah tambah menyebalkan.

Berikut adalah tips mengubah kebiasaan menjadi lebih baik.

Menghukum anak dengan mencubit berteriak memarahi bukanlah reaksi yang tepat. Anak akan mencontoh ibunya yang suka berteriak dan pemarah. Atau anak bisa jadi malah menyembunyikan emosinya  yang ini malah lebih parah jika menjadi kebiasaan.  Ia akan menjauh dari ibunya.

Tidak tepat juga menghukum anak dengan melarang kesukaannya misalnya tidak boleh makan es krim.

Tidak tepat juga ibu yang selalu membersihkan bekas tumpahan tersebut. Ini mengajarkan anak menjadi ketergantungan  kepada ibu. Justru anak tidak belajar bertanggung jawab atas kesalahannya.

Ketika anak menumpahkan sesuatu akan lebih baik jika anak diajarkan untuk mengambil lap kering dan suruhlah anak mengelap bekas air atau makanan yang ia tumpahkan.
Dengan mengelap bekas tumpahan ini,  anak justru belajar bertanggung jawab atas perbuatannya.  Anak tau apa yang harus dilakukannya ketika ia melakukan kesalahan dan ibu juga mengajarkan anak untuk mandiri mengatasi masalahnya sendiri. Ulangi terus hingga menjadi kebiasaan. Mulai usia 2 tahun,  anak sudah bisa diajarkan untuk mengelap.  Justru ia akan senang dengan kegiatan baru ini.

Pertama kali mendapatkan tips tersebut langsung saya praktekkan.  Dan hasilnya adalah ibu saya sampai heran mengapa Thoriq begitu pintar.  Ketika ada tumpahan sesuatu ia akan sigap mengambil lap dan langsung membersihkannya.

Itulah tips yang saya pelajari. Semoga bermanfaat  membantu menjaga kewarasan ibu di rumah.  Salam waras!