Selasa, 07 Juli 2015

Kisah Batu Besar




Pernahkah Anda membaca sebuah kisah tentang batu besar. Kisah ini pertama kali saya baca saat kuliah. Ketika hendak akan berangkat ke kampus, saya melewati gerbang kampus dan kemudian ada seseorang yang membagikan sebuah selebaran tentang kisah batu besar ini. Karena terburu-buru, saya belum sempat untuk membacanya. Sepulang dari kampus dan berada di kamar kosan, barulah teringat akan selebaran tersebut. Dari cerita tersebut saya menjadi belajar tentang pentingnya mengatur kehidupan pribadi. Dan inilah ceritanya.

Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri depan kelas dan berkata, "Okay, sekarang waktunya untuk kuis." Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar sekepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember. Ia bertanya pada kelas, "Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?" Semua mahasiswa serentak berkata, "Ya!"


Dosen bertanya kembali, "Sungguhkah demikian?" Kemudian, dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-ker ikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu. Kemudian, sekali lagi ia bertanya pada kelas,
 
"Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?" Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, "Mungkin tidak."


"Bagus sekali," sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil. Sekali lagi, ia bertanya pada kelas, "Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?" "Belum!" sahut seluruh kelas.


Sekali lagi ia berkata, "Bagus. Bagus sekali." Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember. Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, 
 "Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?"


Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, "Maksudnya adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya."


"Oh, bukan," sahut dosen, "Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi mengajarkan pada kita bahwa: bila anda tidak memasukkan "batu besar" terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya."


Apa yang dimaksud dengan "batu besar" dalam hidup anda? Anak-anak anda; Pasangan anda; Pendidikan anda; Hal-hal yang penting dalam hidup anda; Mengajarkan sesuatu pada orang lain; Melakukan pekerjaan yang kau cintai; Waktu untuk diri sendiri; Kesehatan anda; Teman anda; atau semua yang berharga.


Ingatlah untuk selalu memasukkan "Batu Besar" pertama kali atau anda akan kehilangan semuanya. Bila anda mengisinya dengan hal-hal kecil (semacam kerikil dan pasir) maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestin ya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting.
 
Oleh karena itu, setiap pagi atau malam, ketika akan merenungkan cerita pendek ini, tanyalah pada diri anda sendiri: "Apakah "Batu Besar" dalam hidup saya?" Lalu kerjakan itu pertama kali."


IMPIAN = BATU BESAR


Namun tidak semua manusia memiliki impian atau salah menentukan tujuannya. Ingin kaya, terkenal, berpengaruh, sah-sah saja. Bagaimana Anda mencapai impian itulah yang terpenting. Apakah dengan cara-cara yang dibenarkan atau tidak.


Lalu bagaimana agar tak salah menentukan impian. Jika Anda salah menentukan, maka hidup Anda menjadi sia-sia. Hidup yang akan dipenuhi oleh hal-hal kecil. Hidup yang berisi seember kerikil dan pasir. Untuk itulah hal yang harus Anda pikirkan lebih dahulu adalah menjawab pertanyaan mendasar dari setiap manusia. Ada tiga pertanyaan besar yang sebagian besar selalu menjadi pertanyaan mendasar.


  • Pertanyaan 1 : Dari mana asal manusia?

Pertanyaan ini adalah pertanyaan setiap manusia. Disadari atau tidak, pertanyaan ini muncul begitu saja. Bagi seseorang yang memiliki pengetahuan agama, ia akan menjawab asal manusia adalah dari Tuhannya. Bagi yang ateis, ia akan menjawab manusia berasal dari evolusi materi. Pertanyaan ini akan dijawab sesuai dengan informasi sebelumnya yang ia terima.


  • Pertanyaan 2 : Mau apa ia di dunia?

Pertanyaan selanjutnya adalah tugas kita di dunia. Apa sih yang harus kita lakukan di dunia ini? Kalau anak sekolah yang ditanya, maka jawabannya adalah sekolah. Habis sekolah terus apa? Kerja. Terus apa? Menikah. Terus apa? Punya anak. Terus apa? Punya cucu. Terus apa? Menjadi tua dan MATI. Kalau kita perhatikan jawaban seperti ini maka pertanyaan selanjutnya adalah apa bedanya dengan hewan? Hidup untuk makan, berkembangbiak kemudian mati. Bukankah kita manusia berbeda dengan hewan?


  • Pertanyaan 3 : Setelah mati akan ke mana?

Pertanyaan ketiga ini adalah pertanyaan saya sewaktu SMA kepada kakak saya. Saat itu saya bertanya “kalau orang komunis akan menjawab apa ketika ditanya pertanyaan itu?” Maka jawaban kakak saya adalah setelah mati jadi tanah. Jujur saja setelah mendapat jawaban tersebut, pikiran saya langsung stress. Saat itu saya berpikir “lah terus setelah kaya, terkenal, terus abis itu mati jadi tanah. Sungguh hidup yang mengenaskan.” Jawaban tersebut tidak memuaskan akal dan hati saya.


Setelah proses yang panjang. Akhirnya saya menemukan jawabannya. Setelah saya mengikuti kajian rutin seminggu sekali. Semua informasi yang saya dapat sebelumnya seperti merangkaikan jawabannya. Seru sekali memang proses berpikir ini.


Jawaban dari semua pertanyaan yang membuat hati saya tenang dan akal terpuaskan adalah dari Islam. Sungguh saya merasa beruntung sejak lahir sudah beragama Islam. Jawaban Islam dari tiga pertanyaan dasar di atas adalah :


Pertanyaan 1: Dari mana asal manusia? Ketika saya belajar sedikit tentang komunis. Maka jawabannya adalah asal semua adalah dari materi. Materi ada karena sop purba. Pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang menciptakan sop purba tersebut?


Jawaban yang paling memuaskan adalah dari Islam. Jawaban Islam atas pertanyaan dari mana asal manusia adalah dari Pencipta. Muslim menyebutnya ALLAH. Islam mengajarkan kepada saya ketika ada ciptaan maka jawaban logisnya adalah ADA yang MENCIPTAKAN. Sebagaimana kita menjawab kenapa ada kursi? Karena ada yang MEMBUAT kursi. Kenapa ada manusia dan alam semesta? Karena ada yang PENCIPTA.


Dalam Alqur’an banyak sekali terdapat ayat-ayat yang menjelaskan. Salah satunya adalah Al Alaq (96:1&2). Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”. Sederhana saja. Yang menciptakan manusia adalah TUHAN.

  
Pertanyaan 2: Mau apa kita diciptakan di dunia? Kalau kita membuka Alqur’an surah Adz Dzari’at (51:56). “ Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali melainkan untuk beribadah kepada-Ku”. Jawabannya sudah sangat gamblang. Manusia disuruh beribadah PENCIPTA. Bagaimana caranya beribadah. Semua juga sudah dijelaskan. Hanya tinggal kemauan kita untuk mengkaji dan mempelajari ayat-ayatNya.


Pertanyaan 3: Akan ke mana setelah kehidupan ini? Jawabannya sudah jelas dalam surat Al Alaq(96:8). “Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(mu).” Kita akan kembali kepada Allah.


Dari ketiga pertanyaan mendasar manusia ini sebenarnya dapat disimpulkan seharusnya APA IMPIAN seorang MUSLIM? Seorang muslim seharusnya sangat ingin beribadah kepada Allah. Karena kita berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya. Bagaimana cara beribadah kepada Allah? Nantikan tulisan selanjutnya.




Tidak ada komentar: