Rabu, 15 November 2017

Lepasnya Hijab Seorang Muslimah


Berita itu lagi. Seorang muslimah melepas kerudungnya kemudian bercerita kepada seorang kafir. Kapan hari kita saksikan juga seorang muslimah juga melepaskan keimanannya demi menikahi seorang laki-laki yang tidak beriman. Muslimah lain pun tak tahan dengan kelakuan seperti itu dan menghujat mereka dengan sebutan “lemah iman”. Fenomena ini mengingatkanku pada perkataan sang Nabi tentang fitnah akhir zaman.

Duh wahai diri tahanlah lisanmu selagi mampu. Duh diri yang merasa paling suci, ingatlah sabda nabi ini, “ Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.”
Mungkin saja hari ini, muslimah itu yang melepaskan hijabnya. Tapi bisa jadi esok hari diri kitalah yang akan jadi seperti itu. Maka diri bersegeralah beramal, jangan tunda lagi. Jangan tunda lagi sedekahnya, jangan tunda lagi perbaikan diri, jangan tunda lagi kajiannya. Segerakan...segerakan. Duhai diri, bisa jadi hari ini, muslimah itu yang menanggalkan keimanannya. Tapi siapa yang menjamin esok kita masih akan beriman? Duhai diri banyak-banyaklah berdoa tsabit aqdamana’, doa supaya diteguhkan, dikokohkan keimanan ini oleh Allah. Siapakah yang bisa menjamin dirimu besok juga leluasa beramal? Siapa lagi yang menjamin nikmat iman masih ada dalam jiwamu?

Kali ini aku juga ingin bertanya. Negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak katanya? Apakah kita menjadi bangga dengan label itu? Apa Islam telah menjadi standar berpikir kita? Apakah jika penduduk muslim terbanyak otomatis kita juga disebut masyarakat Islam? Yang kulihat masyarakat ini sibuk sekali mencaci si muslimah itu. Seolah yang salah hanya dia seorang. Apa ini karakter masyarakat Islam? Ataukah ini ciri masyarakat kapitalistik yang selalu mengatakan bahwa semua adalah salah individu. Karna masyarakat didefinisikan sebatas kumpulan individu? Mengapa muslimah itu dibiarkan diperolok, dibiarkan begitu saja melepaskan kemuliaannya? Siapakah tetangga terdekatnya? Siapakah orang alim di sekitarnya? Siapakah ketua RT, RW dst..dst..? Siapakah saudaranya? Ingatlah ini wahai diri, bahwa Rasulullah SAW pernah pula bersabda, “ Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam. Atau “Orang mukmin dengan orang mukmin yag lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” Akankah kita jadi masyarakat yang muslim yang saling menguatkan?

Dan yang terakhir, di manakah Junnah kaum muslim? Di manakah kau Khalifah, penguasa, pemersatu , pelindung dan perisai kaum Muslim? Kami membutuhkanmu. Di sini tengah kami saksikan para muslimah bergelut sendiri dengan keimanan kami. Di manakah kau al-Mu’tashim Billah yang akan menjawab seruan kami para muslimah? Di manakah pasukan yang akan melindungi kami, yang siap berperang membela kemuliaan kami para muslimah? Siapakah yang sekuat baja melindungi aqidah kami? Sedang kami saksikan penguasa muslim ini hanya memikirkan perutnya sendiri? Ingatlah ini para penguasa muslim, “Tidak ada seorang hamba yang Allah serahkan kepadanya untuk memimpin segolongan rakyat lalu ia tidak memelihara rakyatnya itu dengan menuntut dan memimpin mereka kepada kemashlahatan dunia dan akhirat melainkan tiadalah ia mencium bau syurga.” Ingatlah wahai penguasa muslim nasib Anda di akhirat akan sangat berat!

Menulis untuk mengingatkan diri sendiri
Menyebar agar orang lain mengingatkan diri ini lagi

#banggabicarakhilafah