Selasa, 13 Oktober 2015

Motivasi up grade diri




Kalau bertemu dengan seorang “guru” maka segala sesuatu yang diucapkannya pasti memiliki pengaruh positif ke dalam diri kita. Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan “guru” tersebut. Ada beberapa nasihat beliau yang sangat bagus. Nasihat beliau selalu saja membuat saya terkesan. Walaupun penampilannya biasa saja. Namun ketika beliau berbicara maka aura positif akan nampak. Dulu sebelum melihat beliau berbicara di depan forum, kesan pertama saya terhadap “guru” tersebut adalah beliau begitu kerepotan mengurus kelima anaknya. Terakhir kemarin bertemu ternyata anaknya sudah tujuh. Subhanallah! Yah perempuan mana sih yang bisa mengurus anak tujuh tanpa pembantu dan tidak kerepotan? Hari gini.... Masha Allah. Sungguh beliau adalah seorang teladan.

Beberapa dari nasihat beliau yang begitu membekas adalah tentang meng up grade diri. Sebagai pengemban dakwah tentu tugas tersebut sangat mulia. Tapi berapa banyak yang kemudian benar-benar meningkatkan kualitas dirinya? Meningkatkan tsaqofahnya dalam kajian-kajian halqohnya. Benar-benar mutholaah sebelum kajian rutin dilakukan? Kadang malu diri ini karena belum maksimal dalam halaqoh. Berdakwah masih malas-malasan. Masih malas untuk menulis beropini. Asyik dengan kesibukan sendiri yang terkategori mubah. Belum 100 persen mengeluarkan kemampuan terbaik. Belum mastato’tum. Bagaimana mungkin pekerjaan yang mulia namun tidak dikerjakan secara sungguh-sungguh?

Masih terngiang-ngiang kalimat mengup grade diri. Atau kita sebut saja meningkatkan kualitas diri. Sebuah aktivitas di mana kita harus melakukan peningkatan, penambahan kemampuan kerja atau kapasitas dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Ketika saya gogle frasa “ug grade” pada laptop hitam saya. Sebuah frasa dalam bahasa asing. Ternyata tidaklah asing di laman-laman berbahasa Indonesia. Banyak sekali tulisan tentang mengupgrade diri. Tulisan tersebut bukanlah tulisan tentang pengemban dakwah, tulisan masyarakat biasa. Yah di zaman kompetisi ini, masyakarat kapitalistik terbiasa dengan persaingan. Selalu ingin meningkatkan diri demi penghasilan yang lebih. Namun tujuan seorang pengemban dakwah bukanlah lagi dunia. Tujuan pengemban dakwah adalah negeri akhirat. Bukankah itu sudah termasuk suatu tujuan yang harus dikejar dengan segala daya upaya?

Seharusnya kita malu, wahai diri yang masih bermalas-malasan menyambut kemenangan. Seharusnya kita segera bergerak meningkatkan kualitas dan kapasitas kita!

14 oktober 2015. Pengingat untuk diri yang masih malas.

Jumat, 11 September 2015

I Do What I Believe. (Aku lakukan apa yang aku percaya)

Hai Sobat FRESH, mau tau banget nih? Hii kepo-ers bingits. Ini serius, apa sih yang kalian percaya?

Apakah kalian percaya hal-hal ini?
-          I Believe I Can FLY  ( Aku percaya aku bisa TERBANG )
-          I Don’t want to believe, I want to know ( Aku tidak mau percaya, Aku mau tahu )
-          Believe in your dreams  ( Percaya pada mimpimu )
-          Believe in yourself  ( Percaya pada dirimu )
-          I believe in God, but……  ( Aku percaya pada Tuhan, tapi…… )

Sebagai remaja muda trendi masa kini, pasti tau bangetlah jargon seperti di atas. Secara jargon di atas selalu digembar-gemborin di film, novel, pergaulan dll. Kalimat yang pertama itu ada di lagunya R.Kelly. Kalimat kedua ada di novel sains. Kalimat ketiga dan keempat ada di training motivasi. Dan yang paling terakhir ga usah dipikirin deh daripada mumet.

Dari sekian banyak kalimat senada, kita harus hati-hati terhadap apa yang kita percayai. Contohnya nih kalau ada temen bilang “I believe in Jesus”. Mungkin dia adalah penganut Kristen. So, hati-hati terhadap segala omongan kita. Kita mungkin akan dicap demikian. Kita juga harus mengerti dan paham maksud dari suatu kalimat sebelum kita omongin lagi. Misalnya pada kata-kata ini, “percayalah pada segala yang bisa kamu pikirkan, kamu bisa menjadikannya kenyataan”. “Percaya pada perasaanmu”. “Aku percaya pada karma yang berarti aku bisa melakukan hal-hal buruk kepada orang karena mereka berhak mendapatkannya”. “Aku mau percaya kalau ada alien”. “Jangan percaya pada semua yang kamu pikirkan”. Dan penggemar Justin Bieber, kamu pasti tahu judul lagu doi yang “Believe”. Tapi udah paham belom arti lirik lagunya?

Jadi apa sih arti percaya atau dalam Bahasa Inggris disebut Believe?

Kalau dilihat dalam kamus, Believe atau percaya dapat diartikan (1)menerima sesuatu atau mengakui bahwa  sesuatu memang benar atau nyata, (2) menganggap atau yakin bahwa sesuatu itu benar-benar ada.

Diantara sekian banyak kalimat seperti di atas, mana sih yang benar? Lalu bagaimana caranya untuk mendapat kepercayaan yang benar? Mau tau apa mau tau banget nih? Kalau mau tau banget ya caranya adalah harus tuh berpikir tentang pertanyaan yang paling mendasar. Apa saja mereka?

Pertama. “Where do we come from”? Ini adalah salah satu penggalan lirik lagunya Dream Theater. Jadul banget. Tapi kok kepikiran yah sampai buat lagu seperti ini? Iya karena setiap manusia mau tidak mau pasti dalam lubuk hatinya paling dalam (tsaaah) memikirkan hal ini. Walaupun dia kelihatannya abai, bodoh, dan tidak peduli. Karena ini adalah pertanyaan mendasar setiap manusia. Dari mana sih kita lahir? Apa bener manusia dari monyet? Siapa sih yang menciptakan kita? Siapa itu Pencipta?

Kamu yang mengaku gaul kalau sampai ga pernah mikirin Pencipta, beneran kebangetan. Pasti pernahlah berpikir tentang Pencipta. Cuman kadang ga pernah bener-bener membuktikan kalau ada Pencipta beneran. Cuma “percaya” aja. Atau kata Mamah, Papah, Pak Ustaz/ Bu Ustazah. Nah makanya yuk kita buktikan. Beneran kan ada Pencipta? Kalau dulu pepatah Arab mengatakan jika ada jejak kaki unta maka pasti ada untanya. Hal ini pun berlaku sama. Jika ada manusia dan alam semesta yang merupakan bekas-bekas penciptaan maka pasti ada yang kita sebut Pencipta. Selain itu manusia dan alam semesta ini pun bersifat terbatas dan bergerak teratur. Siapa sih yang mengatur semua ini? Kalau ada yang bilang ini terjadi dengan sendirinya kan aneh banget. Coba lihat contohnya di jalan raya. Kenapa semua serba semrawut? Kalau ada pengaturan ternyata lalu lintas terasa lebih baik kan? Apalagi alam semesta yang lebih rumit pasti ada yang mengaturnya. Jadi uda pasti ada yang namanya Sang Pencipta.

Kalau dalam Islam, kita menyebut Pencipta dengan sebutan Allah. Untuk mengenal Allah, bisa dikenali dari sifat-sifatnya. Sifat yang pertama adalah pasti bukan makhluk soalnya kan Dia adalah sang Khalik atau Pencipta. Kalau dia diciptakan pasti namanya makhluk. Selanjutnya adalah bersifat wajibul wujud atau pasti adanya. Udah kita buktiin di paragrap atas. Sedangkan sifat berikutnya adalah bersifat azali atau tidak berawal dan tidak berakhir. Kalau kita ngomongin asal dan zat Pencipta, akal kita ga bakalan sampe. Soalnya Pencipta bersifat tak terbatas sedangkan manusia bersifat terbatas. Bisa-bisa kita dikatain gila. *nyengir.

Pertanyaan kedua adalah mau ngapain sih kita di dunia? “Why are we here”? Coba dibuka lagi yuk AlQur’an surat adz-Dzariyat ayat 56. Allah mengatakan kalau manusia dan jin diciptakan untuk menyembah kepadaNya. Jadi Allah yang bilang yah kalau tugas kita di dunia ini adalah dalam rangka beribadah kepadaNya. Nah terus beribadah itu yang seperti apa sih? Nanti kita bahas setelah pertanyaan yang ketiga ini.

Ketiga, “Where we go when we die”? Ke mana sih setelah meninggal? Karena setiap orang pasti meninggal dunia. Coba ada apa ga orang yang hidup 250 tahun? Paling lama hidup juga 100 tahun kan? Kalau kata guru matematika, peluang orang mati itu satu. Alias pasti. Siapa yang mau lari kalau malaikat Izrail udah menjemput. Hiiii serem. Jadi kita ga mungkin menghindari. So lebih baik kita hadapi. Rasulullah bilang orang cerdas adalah orang yang mempersiapkan bekal setelah kematian. Apa maksudnya kita disuruh nyiapin kain kafan? Hehe ga lah. Yang harus dipersiapkan adalah amal kita karena nanti setelah kematian ada dua jalan. Mau ke surga atau neraka? Kamu mau pilih yang mana?

Rasanya semua pasti menjawab mau ke surga dooong. Bener nih yakin? Kalau mau ke surga sok atuh mati dulu. Mau? Hihi.

Kalau kita baca dalam terjemahan Al Qur’an, ada beberapa ayat yang menggambarkan tentang surga. Ohiya kalau ngomongin tentang surga dan neraka kita harus merujuk pada AlQur’an yah. Soalnya hanya Alquran yang sanadnya mutawatir. Kalau katanya..katanya.. mending dipertanyakan lagi. Karena surga dan neraka adalah perkara gaib. Kita ga bisa mengetahui kalau ga ada informasi sebelumnya. Emangnya dukun kali bisa tau. Dukun aja bisa boong.

Nah dalam Alqur’an digambarkan bahwa surga itu adalah tempat yang indah. Ada sungai susu yang mengalir, ada buah-buahan yang banyak, sungai khamer, madu. Orangnya ga pernah tua selalu muda. Wow pokoknya nikmat deh. Tak terbayangkan oleh pikiran kita sekarang.

Sedangkan neraka adalah kebalikannya. Kalau kita mau masuk ke dalamnya bukan disambut kayak di surga tapi dicemplungin. Masih mending kalau jatuhnya ke air laut. Ini mah ke api neraka yang mendidih. Makan dari nanah dan darah. Minum dari air yang sangat panas. Udah gitu terus disiksa sampai mati. Kemudian dihidupin lagi dan disiksa lagi terus selamanya. Hiiiii serem bingits. Seriusan. Siapa yang mau hidup dalam neraka selamanya? Yaudah yuuuk pada tobat. Jangan melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah. Lalu bagaimana caranya supaya tau apa-apa aja yang disuruh dan dilarang oleh Allah. Makanya #yukngaji. Dari mana kamu tau info kalau kamu ga cari tahu. Emang kamu orang pintar yang dapet wangsit dari mimpi. Hehe. Sekarang uda ga zaman ngandelin ngaji tanpa tau isi AlQur’an. Masa minim banget sih usahanya. Jangan cuma belajar tahsin aja. Lanjutin sampe bener-bener ngerti n paham Alqur’an. Hare gene masih maksiat? Udah ga zaman. Ga paham Alquran itu jadul banget. Sekarang zamannya orang tobat. Kan lagi trend tuh ngaji Qur’an di kereta. Nice banget.

Nah jadi gimana Sobat, pada percaya apa yang tadi saya jelaskan? Apa yang kamu pikirkan? Jangan hanya bilang percaya tapi juga harus bener-bener tahu dan yakin apa yang kamu lakukan. Buat apa sekolah, buat apa hidupmu, dsb.

Setelah kamu percaya, saatnya kamu yang menentukan pilihan. Kamu bebas memilih tapi kamu ga akan bebas dari konsekuensi pilihanmu. Maksudnya apa tuh? Sekarang kamu bebas mau nentuin sikap dan tindakanmu. Mau tetap bermaksiat? Apa mau taat? Mau tetep berkata kasar dengan orangtua? Mau masih berdua-duaan ama yang bukan mahrom? Terserah. Tapi beneran nanti kamu yang harus tanggung akibatnya sendiri.

Kalau kamu pilih tetep bermaksiat akibatnya ya masuk neraka. Sedangkan jika kamu pilih surga maka kamu kudu wajib taat sama Allah.

Do what you believe (Lakukan apa yang kamu percaya)

Sekarang kalau kamu percaya sama Allah maka kamu harus beribadah kepada Allah. Ini adalah penjelasan dari pertanyaan kedua tadi. Beribadah kepada Allah dengan cara bener-bener bertakwa kepada Allah. Gimana cara bertakwa? Takwa itu artinya menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Tujuan takwa adalah menggapai ridho rhoma, eh salah. Menggapai ridho Allah SWT. Dalam surat Al Hujurat ayat 13 Allah mengatakan orang mulia di sisiNya adalah orang yang bertakwa. Kemudian ada juga perintah untuk masuk Islam secara menyeluruh dan sempurna. Ga boleh setengah-setengah kudu total.

Kesimpulannya, bertakwa adalah seluruh amalan atau kegiatan hidup kita harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Karena syarat diterimanya amal adalah ikhlas dan sesuai dengan cara yang dicontohkan oleh Rasulullah. Trus gimana caranya bisa paham apa yang dicontohkan oleh Allah. Sekali lagi harus #yukngaji. Ngaji atau menuntut Ilmu Islam itu sebenernya wajib ‘ain. Artinya menuntut ilmu Islam itu bukan hanya tugas Ustaz/Ustazah. Seluruh kaum muslim wajib untuk menuntut ilmu. Allah memberikan pujian kepada yang menuntut ilmu dengan meninggikan derajat orang berilmu. Wah ini bisa jadi jalan menuju surga Allah.

Selain itu jika kamu percaya pada Allah kamu juga harus aktif berdakwah. Ga perlu harus jadi Ustaz/ Ustazah untuk bisa berdakwah. Sampaikanlah walau baru satu ayat yang kamu ngerti. Sampaikan ke orangtua bukan dengan cara menggurui yah. Bisa jadi dengan menanyakan dengan sopan kepada orangtua apa sih menurut mereka yang disebut beriman dsb. Kalau orangtua ga bisa jawab nah ajakin aja ikut kajian juga. Ajakinnya baik-baik yah bukan menyuruh. Itu udah termasuk berdakwah loh. Gampang kan? Mulai aja dari yang mudah-mudah dulu. Setelah itu tingkatin yah ke temen-temen dan yang lainnya.

Ternyata pada kenyataannya agak susah yah supaya tindakan kita sesuai dengan tujuan hidup yaitu menggapai ridha Allah. Pengennya sih masuk surga tapi masih aja bermaksiat kepada Allah, malas ibadah, malas dakwah, tidak menepati janji, suka ngegosip, tidak menjaga pergaulan, dan fangirling.

Kalau ada yang belom tau fangirling. Artinya adalah kegiatan mengidolakan seseorang. Yang pasti biasanya selebritis. Ngapain aja sih fangirling ini. Yang biasa-biasa aja sih biasanya kepo-in akun sosmednya, ngrumpiin kehidupan sehari-harinya. Sampai ada yang paling parah nguntit ke rumah atau mengubah (operasi plastic) wajahnya mirip seperti idolanya. Hiii pergaulan anak zaman sekarang.

Khusus yang masih suka fangirling. Hihi emang kalau remaja itu pasti punya idola yah. Selalu kepo ama apa yang dilakukan ama idola kita. Boleh ga sih? Inget lagi kita bebas memilih tapi kita ga bebas dari akibat pilihan itu. Fangirling itu akibat pola pikir yang diarahin ama media. Coba kalau ga ada tv dan internet. Mungkin idola itu ga akan diciptain. Hampir ga ada sih yang bisa menghindari pengaruh media sih. So, kalau ada yang melalaikan kita dari perintah Allah sebaiknya dihindari. Minimal dikurangi lah. Ingat-ingatlah tujuan kita. Lakukan apa yang kita percayai. Segera memperbanyak amal shalih dan menghilangkan kebiasaan buruk. Ingatlah nanti akan Hari Penghisaban. Hari di mana amal kita ditimbang. Mau banyakan amal baik apa amal buruk? Amal buruk tuh menggosip, kufur nikmat, buka aurat, membuang-buang waktu pada hal yang mubah, maksiat dll. Sedangkan amal baik itu diantaranya adalah bertakwa, sholat tepat waktu, zakat, infak, puasa, berdakwah dan menuntut ilmu.

Yuk lakukan apa yang kamu percaya!
  1. Mencintai Allah dan Rasul dengan mentaati seluruh perintah dan laranganNya
  2. Sholat wajib tepat waktu
  3. Mentaati Ibu dan Bapak dalam kebaikan
  4. Berpakaian menurut ajaran Islam
  5. Menjaga batas pergaulan
  6. Bersahabat dengan remaja muslimah sholehah lainnya
  7. Dll sesuai tuntunan Rasulullah yang diamanahkan Allah SWT
Kalau ada yang membelokkan kita dari jalan yang benar maka kita harus motivasi diri kita sendiri. Baca lagi terjemahan Alqur’annya. Surat Al Mu’minuun: 9-11, Al Kahfi: 107, Al Hajj: 56, Luqman: 8.

Mari berpikir mendalam lagi.

Di tengah banyaknya godaan, kita terus harus bisa berpikir mendalam atau merenung lagi. Berpikir tentang arti hidup. Sadar tentang diri kita sendiri. Kita adalah makhluk Allah. Kalau kita berani untuk bermaksiat maka kita harus merasakan perihnya derita di neraka. Ga mau kan? Makanya supaya terus sadar kita harus meminta kepada Allah diberikan petunjuk dari Allah supaya tidak tersesat. Kemudian harus percaya juga kepada janji Allah yang akan memberikan ganjaran surga di akhirat kelak. Itulah yang dinamakan beriman. Lanjutkan keimanan kita dengan bertakwa kepada Allah. Karena bertakwa adalah ekspresi keimanan dengan menjadikan Islam sebagai tolak ukur perbuatan kita. Sudahkah perbuatan kita semua setiap hari sesuai dengan aturan Islam? Kalau sudah berarti kepribadian kita telah menjadi unik. Penampilan, perilaku dan ucapan telah sesuai dengan Islam. Kalau belum yuk berlatik terus. Selamat berjuang!


Sabtu, 08 Agustus 2015

Mendadak Melayu



Betul..betul..betul..

Alaaa bolehlah boleh.

Ishh issh tak nak.. tak nak..

Seronoknya... Comelnya..

Tetiba anak saya Sofi, jadi berbahasa Melayu. Wajar sih karena setiap hari saat liburan sekolah mulai dari pagi, siang dan sore selalu menonton acara UPIN IPIN. Hal ini tidak hanya dialami oleh saya saja. Ibu-ibu dari teman satu sekolah juga merasakannya. Anaknya jadi fasih bahasa Malay.

Bagi yang belum mengetahui siapa itu Upin Ipin inilah sedikit gambaran tentangnya.
Upin Ipin adalah film animasi untuk anak-anak yang berbahasa Malaysia. Ipin dan Upin adalah tokoh utamanya. Keduanya adalah saudara kembar yang sudah tidak punya ibu dan bapak. Keduanya dibesarkan oleh Opa (nenek) dan Kak Ros (kakak perempuan tertua). Mereka tinggal di Kampung Durian Runtuh setelah kedua orangtuanya meninggal. Ipin dan Upin ini bersekolah di Tadika (Taman Pendidikan Anak/TK) Mesra. Mereka memiliki teman-teman seperti Mei Mei yang cerdas, Jarjit yang suka berpantun, Ehsan yang suka makan, Fizi yang suka mengejek, Mail yang suka berjualan. Ada pula karakter Tok Dalang, Uncle Muthu, Uncle Ah Tong, Abang Saleh, Cikgu Melati, Cikgu Jasmin, dan Cikgu Besar.

Pertama kali saya menonton film Upin Ipin ini justru sebelum menikah dan punya anak. Saya mendapatkannya dari teman. Mereka mengunduh videonya di Youtube. Saya lupa tahun berapa namun dari hasil pencarian di google.com, cerita Upin Ipin ini pertama kali keluar tahun 2007. Tujuan dibuatnya film ini adalah untuk mendidik anak mengenai arti dan pentingnya Bulan Suci Ramadhan. Berkat sambutan yang bagus dari masyarakat maka dibuatlah serialnya.

Karena berhasil menarik minat penonton maka film Upin Ipin ini dinobatkan Malaysia Book of Records sebagai Animasi Paling Terkenal Tahun 2011. Bahkan film ini sempat menjadi seri terbaik kedua setelah Doraemon tahun 2008. Melihat keberhasilan seri Doraemon yang menampilkan budaya lokal namun tetap menjadi kartun favorit anak, pendirinya percaya Upin Ipin justru akan memunculkan minat dari penonton internasional. Dan benar saja popularitas perusahaan Les Copaque menjadi terkenal gara-gara Upin Ipin.

Pertama kali menonton film ini Upin Ipin saya sangat menyukainya. Mengalahkan film kartun favorit saya semasa kecil, Doraemon dan Sailormoon. Cerita yang sederhana dibalut pesan-pesan Islami membuat Upin Ipin menjadi serial kartun anak yang khas. Episode yang paling saya suka adalah Mainan Baru. Episode ini mengisahkan Upin Ipin yang hendak membeli mobil-mobilan baru. Tidak seperti Ehsan yang bisa mendapat mobil karena pemberian ayahnya, Upin Ipin harus membantu Opah dulu untuk memilikinya. Menyenangkan bagaimana hanya menonton ini saja tugas saya sebagai Ibu bisa diringankan. Episode ini mendidik anak-anak untuk belajar berusaha jika menginginkan mainan.

Selain itu episode Bila Besar Nanti mendidik agar anak memiliki cita-cita yang unik. Karakter Fizi bercita-cita untuk menjadi petugas kebersihan. Lucu dan unik. Hampir sebagian besar orangtua di Indonesia menginginkan anaknya berprofesi sebagai dokter. Jadi menurut saya suatu hal yang bagus jika anak-anak diajarkan bahwa ada profesi lain dan dunia juga membutuhkan itu. Tidak mungkin kan semua orang menjadi dokter. Kita perlu tenaga kebersihan yang ahli supaya lingkungan menjadi bersih.

Upin Ipin menjadi tontonan yang bisa dinikmati bersama sekeluarga. Bahkan suami pun menonton film ini dan berpendapat positif. Menurutnya episode Kuburan mengajarkan hal positif pada anak bahwa tidak perlu takut untuk mengunjungi kuburan. Musim perdananya memang ditujukan untuk mengajarkan tentang pentingnya ramadhan dan bagaimana berhari raya. Saya sangat menyukai musim awalnya karena nuansa Islaminya lebih kental, orisinil dan khas. Bahkan pada musim perdana tahun 2007 episode Dah Raya terlihat dekorasi dalam rumah Upin Ipin bergambar bendera Rasulullah, Ar-raya. Apakah Upin Ipin bagian dari ISIS? (XD hihi abaikan).



Sayang pada tahun 2013 berkat kepopulerannya yang terus meningkat, akhirnya UNICEF memilih Upin Ipin sebagai duta UNICEF. Setelah ada campur tangan UNICEF, cerita Upin Ipin menjadi lebih pluralis dan mulai jauh dari ajaran-ajaran Islami. Terlihat dari episode Warna-warni yang menceritakan tentang asal mula pelangi. Ceritanya mulai tidak jelas. Seperti yang kita tau bahwa warna pelangi adalah warna kampanye kaum LGBT. Mudah-mudahan bukan dalam rangka mengkampanyekan hal tersebut.

Walaupun begitu Upin Ipin adalah serial kartun terbaik menurut saya. Langsung saja tonton dan nikmati kelucuan Upin dan Ipin. Selamat menonton. ^_________^


Rabu, 22 Juli 2015

Mengingat Kebaikan Suami



Setiap pasangan tentu mendambakan keluarga yang harmonis dan sejahtera. Namun yang namanya berumah tangga masalah terkadang menghampiri. Itulah ujian kehidupan. Hampir enam tahun berumah tangga membuat saya banyak belajar. Ada saja ribut-ribut kecil yang terjadi antara suami. Baju kerja belum disetrikalah, anak pada rewel, suami terlalu cueklah dsb. Hal-hal sepele kadang bisa membuat keki hati. Padahal masalahnya Cuma sepele. Entah kenapa sering bikin heboh rumah. 

Setiap hari semenjak hari pernikahan, saya belajar bahwa perbedaan membuat kita banyak mengenal dan memahami. Bagaimana karakter suami dan begitu pula karakter saya sendiri. Kadang baru paham kok ternyata begini ya cara saya menghadapi masalah seperti ini. Malah kadang baru paham diri kita sendiri. Mungkin itulah yang disebut belajar menjadi bijak.

Pernah ngga sih terpikir untuk cerai kalau ada masalah? Jawabnya ya pernahlah. Ada satu pasangan yang saya kira shalih banget sempat bercerita kalau pernah terlintas di benaknya untuk cerai. Shalih memang bukan berarti harus serba sempurna. Setiap manusia pasti ada kurangnya. Itu biasanya yang menguatkan hati saya untuk kembali memaafkan suami, kembali memaafkan diri sendiri juga.

Kalau kita memperhatikan berita tentang fenomena perceraian ternyata cukup mengkhawatirkan. Di Indonesia hampir setiap tahun angkanya meningkat. Faktor penyebab utamanya karena ekonomi. Suami tidak memberi nafkah. Faktor kedua perselingkuhan. Di antara angka-angka tersebut sebagian besar trennya adalah istri menggugat cerai suami.

Untuk itulah tulisan ini dibuat. Melihat fenomena yang mengkhawatirkan ini membuat saya ingin merenung lagi tentang pernikahan. Fakta bahwa istri lebih banyak menggugat cerai suami membuat saya sebagai perempuan ingin bertanya kepada kaum saya sendiri. Benarkah ini yang kita inginkan?

Pembahasan tulisan ini hanyalah di seputar sikap seorang istri bagaimana agar tetap waras menjaga rumah tangganya. Bukan untuk membahas berbagai macam faktor penyebabnya. Fokus tulisan ini memang ditujukan untuk membantu perempuan yang sedang dilanda masalah pernikahannya. Dan juga mengingatkan kepada saya setiap kali saya sedang eror.

Setiap kali ada masalah dengan suami apa saja sih kesalahannya? Ada juga kah andil kita di dalamnya? Jangan bisanya hanya menyalahkan orang lain. Tak pernah introspeksi diri. Ingat lagi ini. Sebelum menunjuk kesalahan di muka orang lain, bercerminlah dahulu melihat kesalahan di muka sendiri. Sudahkah semua perbuatan yang kita lakukan sesuai dengan aturan Islam? Bagaimana caranya kita tahu persis perbuatan kita sesuai dengan Islam kalau membaca Alquran saja jarang? Bagaimana kita tahu segala tindakan kita sesuai dengan hukum syara kalau mengkaji Islam saja malas?

Sedih rasanya kalau membaca hadist bagaimana Nabi mengatakan bahwa kaum perempuan lebih banyak di neraka dibanding di surga? Sedih. Seakan-akan kita adalah si terdakwa yang selalu salah. Alihkan  saja perhatian kata “kaum perempuan” kepada bagaimana supaya bukan kita yang masuk neraka? Rasulullah berpesan mengapa banyak perempuan yang akan masuk neraka? Karena mereka kurang bersyukur kepada suaminya. Kurang bisa melihat kebaikan-kebaikan suaminya.

Inilah yang membuat saya tetap waras walaupun saya hanyalah seorang ibu yang tinggal di rumah. Setiap kali sedang emosi saya mencoba berpikir lagi kenapa sih saya harus marah? Ketika marah memori yang terbayang adalah perbuatan-perbuatan suami yang kurang pas di hati. Tapi hati bukanlah timbangan yang tepat. Hati manusia mana ada yang tetap. Pasti ia selalu berubah. Kadang ke timur kadang ke barat.

Maka akal sehat dan iman yang kuat yang menenangkan. Akal berkata, masa sih kalah sama emosi? Berpikirlah dengan kepala yang dingin. Iman pun berkata, sudahkah kamu mengikuti perintah Allah dan Rasulullah? Itulah yang berkecamuk dalam benak saya setiap kali hati kesal terhadap sikap suami.

Para istri shalihah, mari kita lihat lagi bagaimana kebaikan-kebaikan suami kita? Setiap hari ia bekerja keras untuk menghidupi keluarga. Pergi pagi pulang malam. Bekerja keras demi anak dan istrinya. Kadang ia capek maka ia berteriak, membantah, atau malah diam saja. Apakah manusia tidak boleh capek? Tapi kita juga sama-sama capek. Kalau begitu lepaskan saja dulu masalahnya. Jangan kau pikul sendirian. Tuliskan saja di diarimu seberapa berat dan banyak bebanmu hari ini? Menulis membuat kita jadi merasa plong. Sembari menulis, sempatkan untuk berdoa supaya Allah menguatkan. Supaya Allah memberikan jalan terbaik. Semoga pernikahan ini selalu harmonis. Sakinah mawaddah warahmah.

Para istri shalihah mudah-mudahan kita bukanlah termasuk golongan penghuni neraka yang tidak bisa melihat kebaikan suami kita. Lihatlah kebaikan suamimu hatta itu hanya secuil saja. Ingatlah memori-memori terbaik, terindah bersama suami. Pertama kali bertemu, pertama kali berdua, pertama kali merasakan kebahagiaan bersama suami. Ingatlah semua kebahagian itu. Ingatlah canda tawa bersama suami dan anak. Ingatlah betapa mereka membutuhkan kita bersama pasangan kita yaitu suami. Bapak anak-anak kita. Ingatlah bahwa bapak terbaik buat mereka adalah bapaknya sendiri. Ingatlah itu saudaraku.



Semoga tulisan ini menjadi perekat keharmonisan rumah tangga bagi kita. Aamiin.

Selasa, 07 Juli 2015

Kisah Batu Besar




Pernahkah Anda membaca sebuah kisah tentang batu besar. Kisah ini pertama kali saya baca saat kuliah. Ketika hendak akan berangkat ke kampus, saya melewati gerbang kampus dan kemudian ada seseorang yang membagikan sebuah selebaran tentang kisah batu besar ini. Karena terburu-buru, saya belum sempat untuk membacanya. Sepulang dari kampus dan berada di kamar kosan, barulah teringat akan selebaran tersebut. Dari cerita tersebut saya menjadi belajar tentang pentingnya mengatur kehidupan pribadi. Dan inilah ceritanya.

Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri depan kelas dan berkata, "Okay, sekarang waktunya untuk kuis." Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar sekepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember. Ia bertanya pada kelas, "Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?" Semua mahasiswa serentak berkata, "Ya!"


Dosen bertanya kembali, "Sungguhkah demikian?" Kemudian, dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-ker ikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu. Kemudian, sekali lagi ia bertanya pada kelas,
 
"Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?" Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, "Mungkin tidak."


"Bagus sekali," sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil. Sekali lagi, ia bertanya pada kelas, "Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?" "Belum!" sahut seluruh kelas.


Sekali lagi ia berkata, "Bagus. Bagus sekali." Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember. Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, 
 "Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?"


Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, "Maksudnya adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya."


"Oh, bukan," sahut dosen, "Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi mengajarkan pada kita bahwa: bila anda tidak memasukkan "batu besar" terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya."


Apa yang dimaksud dengan "batu besar" dalam hidup anda? Anak-anak anda; Pasangan anda; Pendidikan anda; Hal-hal yang penting dalam hidup anda; Mengajarkan sesuatu pada orang lain; Melakukan pekerjaan yang kau cintai; Waktu untuk diri sendiri; Kesehatan anda; Teman anda; atau semua yang berharga.


Ingatlah untuk selalu memasukkan "Batu Besar" pertama kali atau anda akan kehilangan semuanya. Bila anda mengisinya dengan hal-hal kecil (semacam kerikil dan pasir) maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestin ya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting.
 
Oleh karena itu, setiap pagi atau malam, ketika akan merenungkan cerita pendek ini, tanyalah pada diri anda sendiri: "Apakah "Batu Besar" dalam hidup saya?" Lalu kerjakan itu pertama kali."


IMPIAN = BATU BESAR


Namun tidak semua manusia memiliki impian atau salah menentukan tujuannya. Ingin kaya, terkenal, berpengaruh, sah-sah saja. Bagaimana Anda mencapai impian itulah yang terpenting. Apakah dengan cara-cara yang dibenarkan atau tidak.


Lalu bagaimana agar tak salah menentukan impian. Jika Anda salah menentukan, maka hidup Anda menjadi sia-sia. Hidup yang akan dipenuhi oleh hal-hal kecil. Hidup yang berisi seember kerikil dan pasir. Untuk itulah hal yang harus Anda pikirkan lebih dahulu adalah menjawab pertanyaan mendasar dari setiap manusia. Ada tiga pertanyaan besar yang sebagian besar selalu menjadi pertanyaan mendasar.


  • Pertanyaan 1 : Dari mana asal manusia?

Pertanyaan ini adalah pertanyaan setiap manusia. Disadari atau tidak, pertanyaan ini muncul begitu saja. Bagi seseorang yang memiliki pengetahuan agama, ia akan menjawab asal manusia adalah dari Tuhannya. Bagi yang ateis, ia akan menjawab manusia berasal dari evolusi materi. Pertanyaan ini akan dijawab sesuai dengan informasi sebelumnya yang ia terima.


  • Pertanyaan 2 : Mau apa ia di dunia?

Pertanyaan selanjutnya adalah tugas kita di dunia. Apa sih yang harus kita lakukan di dunia ini? Kalau anak sekolah yang ditanya, maka jawabannya adalah sekolah. Habis sekolah terus apa? Kerja. Terus apa? Menikah. Terus apa? Punya anak. Terus apa? Punya cucu. Terus apa? Menjadi tua dan MATI. Kalau kita perhatikan jawaban seperti ini maka pertanyaan selanjutnya adalah apa bedanya dengan hewan? Hidup untuk makan, berkembangbiak kemudian mati. Bukankah kita manusia berbeda dengan hewan?


  • Pertanyaan 3 : Setelah mati akan ke mana?

Pertanyaan ketiga ini adalah pertanyaan saya sewaktu SMA kepada kakak saya. Saat itu saya bertanya “kalau orang komunis akan menjawab apa ketika ditanya pertanyaan itu?” Maka jawaban kakak saya adalah setelah mati jadi tanah. Jujur saja setelah mendapat jawaban tersebut, pikiran saya langsung stress. Saat itu saya berpikir “lah terus setelah kaya, terkenal, terus abis itu mati jadi tanah. Sungguh hidup yang mengenaskan.” Jawaban tersebut tidak memuaskan akal dan hati saya.


Setelah proses yang panjang. Akhirnya saya menemukan jawabannya. Setelah saya mengikuti kajian rutin seminggu sekali. Semua informasi yang saya dapat sebelumnya seperti merangkaikan jawabannya. Seru sekali memang proses berpikir ini.


Jawaban dari semua pertanyaan yang membuat hati saya tenang dan akal terpuaskan adalah dari Islam. Sungguh saya merasa beruntung sejak lahir sudah beragama Islam. Jawaban Islam dari tiga pertanyaan dasar di atas adalah :


Pertanyaan 1: Dari mana asal manusia? Ketika saya belajar sedikit tentang komunis. Maka jawabannya adalah asal semua adalah dari materi. Materi ada karena sop purba. Pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang menciptakan sop purba tersebut?


Jawaban yang paling memuaskan adalah dari Islam. Jawaban Islam atas pertanyaan dari mana asal manusia adalah dari Pencipta. Muslim menyebutnya ALLAH. Islam mengajarkan kepada saya ketika ada ciptaan maka jawaban logisnya adalah ADA yang MENCIPTAKAN. Sebagaimana kita menjawab kenapa ada kursi? Karena ada yang MEMBUAT kursi. Kenapa ada manusia dan alam semesta? Karena ada yang PENCIPTA.


Dalam Alqur’an banyak sekali terdapat ayat-ayat yang menjelaskan. Salah satunya adalah Al Alaq (96:1&2). Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”. Sederhana saja. Yang menciptakan manusia adalah TUHAN.

  
Pertanyaan 2: Mau apa kita diciptakan di dunia? Kalau kita membuka Alqur’an surah Adz Dzari’at (51:56). “ Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali melainkan untuk beribadah kepada-Ku”. Jawabannya sudah sangat gamblang. Manusia disuruh beribadah PENCIPTA. Bagaimana caranya beribadah. Semua juga sudah dijelaskan. Hanya tinggal kemauan kita untuk mengkaji dan mempelajari ayat-ayatNya.


Pertanyaan 3: Akan ke mana setelah kehidupan ini? Jawabannya sudah jelas dalam surat Al Alaq(96:8). “Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(mu).” Kita akan kembali kepada Allah.


Dari ketiga pertanyaan mendasar manusia ini sebenarnya dapat disimpulkan seharusnya APA IMPIAN seorang MUSLIM? Seorang muslim seharusnya sangat ingin beribadah kepada Allah. Karena kita berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya. Bagaimana cara beribadah kepada Allah? Nantikan tulisan selanjutnya.